Lihat sahaja museum. Museum adalah manifestasi daripada integrasi antara ingat dan lupa. Museum takkan memaparkan semua bahan sejarah. Museum dipaksa (atau sengaja) memilih bahan-bahan sejarah tertentu. Pemilihan ini (seringkali juga dengan semangat moral/idealogi) bukan sahaja berdasarkan kepada bahan yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kepada selera semasa mereka yang berwewenang. Termasuk selera khalayak, yang diandaikan mereka. Termasuk juga keterbatasan ruang yang ada. Ternyata, museum adalah lambang kepada integrasi antara pengenangan dan pelupaan; mengenang bahan tertentu sambil melupa bahan tertentu yang lain. Museum, dalam kata lain, hanya dapat mandiri di atas paradoks pengenangan dan pelupaan.